TownzHub - Kamu tentu sudah sering mendengar tentang pembangunan masjid-masjid megah di berbagai kota di Indonesia. Namun, ada satu masjid baru yang kini menjadi pusat perhatian di BSD City, Kabupaten Tangerang, yakni Masjid Raya Baitul Mukhtar.
Masjid ini digadang-gadang sebagai masjid terbesar di BSD City, dengan desain yang menggabungkan arsitektur kontemporer kearifan lokal.
Masjid ini tidak hanya menjadi rumah ibadah, tetapi juga ikon budaya dan destinasi wisata religi baru di kawasan BSD. Dengan luas bangunan yang mencapai 9.581 meter persegi dan mampu menampung hingga 7.000 jemaah, Masjid Raya Baitul Mukhtar hadir sebagai simbol keharmonisan antara tradisi dan modernitas.
Kehadiran masjid ini sekaligus menunjukkan bahwa pembangunan kota mandiri seperti BSD tidak hanya berfokus pada infrastruktur, tapi juga memperhatikan kebutuhan spiritual masyarakat. Mari kita bahas lebih dalam tentang keunikan arsitektur dan fungsi sosial masjid ini.
1. Luas, Kapasitas, dan Filosofi Nama
Masjid Raya Baitul Mukhtar berdiri di atas lahan seluas 2,2 hektare, menjadikannya salah satu masjid dengan area terluas di wilayah penyangga Jakarta. Nama “Baitul Mukhtar” sendiri memiliki makna mendalam: rumah bagi orang-orang pilihan.
Filosofi ini diharapkan menjadikan masjid sebagai tempat bagi siapa saja yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh kesungguhan.
Selain daya tampung hingga ribuan jemaah, fasilitas di dalamnya juga disiapkan secara matang. Terdapat area wudu luas, penitipan alas kaki, hingga aula besar yang bisa menampung lebih dari seribu orang untuk acara sosial maupun keagamaan.
2. Atap Joglo sebagai Simbol Spiritual
Salah satu daya tarik utama masjid ini adalah bentuk atapnya. Atap masjid terinspirasi dari rumah tradisional Jawa, yakni Joglo, dengan lima tingkatan. Lima lapisan ini bukan sekadar hiasan, melainkan simbol perjalanan spiritual seorang Muslim—mulai dari tahap awal keimanan hingga mencapai derajat muttaqin.
Selain itu, lima tingkatan tersebut juga mewakili lima rukun Islam, sehingga makna religiusnya semakin terasa kuat. Inilah wujud nyata dari arsitektur kontemporer kearifan lokal yang berhasil memadukan filosofi keislaman dengan kekayaan budaya Nusantara.
3. Mihrab dan Fasad dengan Sentuhan Banten
Bagian mihrab masjid dirancang menyerupai bentuk Ka’bah. Desain ini dilengkapi dengan fasad bermotif geometris Islam serta sentuhan batik khas Banten. Perpaduan tersebut melahirkan nuansa sakral sekaligus menegaskan identitas lokal.
Pemilihan batik Banten bukan tanpa alasan. Pola khas daerah ini dikenal memiliki makna filosofis yang mendalam, sehingga mampu menghubungkan masyarakat dengan akar budayanya. Hal ini membuat Masjid Raya Baitul Mukhtar tidak sekadar bangunan modern, melainkan juga penjaga nilai-nilai tradisi.
4. Menara 45 Meter dengan Pola Belah Ketupat
Menara masjid setinggi 45 meter juga menjadi sorotan. Bentuk menara dihiasi pola belah ketupat yang terinspirasi dari motif sabakingking pada batik Banten. Motif ini memberikan karakter khas sekaligus mempertegas identitas lokal masyarakat Tangerang.
Dengan tinggi yang menjulang, menara ini bukan hanya berfungsi sebagai penanda masjid, tetapi juga ikon baru di langit BSD City. Saat azan dikumandangkan, gema suara dari menara ini melengkapi aura spiritual yang begitu kuat.
5. Interior Minimalis Modern
Memasuki bagian dalam masjid, kamu akan merasakan suasana modern dan minimalis. Dominasi warna putih dan beige memberikan kesan bersih, lapang, dan menenangkan. Ruang salat utama berada di lantai dua dan tiga, sementara lantai dasar difungsikan untuk fasilitas pendukung seperti area wudu, penitipan sepatu, serta area duduk yang nyaman.
Konsep interior ini mencerminkan semangat arsitektur kontemporer yang mengutamakan fungsi, kenyamanan, sekaligus estetika.
6. Fasilitas Lengkap untuk Komunitas
Masjid Raya Baitul Mukhtar tidak hanya difungsikan sebagai tempat salat, tetapi juga pusat kegiatan sosial dan keagamaan. Tersedia aula besar untuk seminar, kajian, maupun acara keislaman berskala besar. Bahkan, area parkir mampu menampung ratusan mobil, motor, hingga bus.
Ruang terbuka di sekeliling masjid juga disiapkan untuk mendukung aktivitas masyarakat. Dari bazar Ramadan, festival budaya, hingga kegiatan sosial lainnya bisa digelar di sini.
7. Simbol Toleransi di BSD City
Menariknya, masjid ini berdiri berdekatan dengan Gereja Santo Benediktus di kawasan yang sama. Kehadiran dua rumah ibadah besar yang berdampingan menjadi simbol toleransi dan kerukunan antarumat beragama di BSD City.
Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan kawasan modern tidak hanya soal ekonomi dan infrastruktur, tetapi juga membangun harmoni sosial yang inklusif. Masjid Raya Baitul Mukhtar pun dipandang sebagai representasi moderasi beragama yang patut diapresiasi.
8. Ikon Wisata Religi dan Edukasi
Dengan keindahan arsitekturnya, masjid ini juga berpotensi menjadi destinasi wisata religi. Banyak orang datang tidak hanya untuk beribadah, tetapi juga menikmati keindahan desainnya.
Ke depan, masjid ini diharapkan bisa menjadi pusat pembelajaran, baik melalui kajian keagamaan, pelatihan, maupun kegiatan edukasi bagi generasi muda. Dengan begitu, perannya tidak hanya sebatas rumah ibadah, tetapi juga pusat peradaban baru di BSD City.
Kesimpulan
Kehadiran Masjid Raya Baitul Mukhtar membuktikan bahwa arsitektur bisa menjadi sarana untuk menyatukan nilai-nilai spiritual, budaya, dan modernitas. Dengan desain atap joglo lima tingkat, mihrab menyerupai Ka’bah, menara bermotif batik Banten, serta interior minimalis yang elegan, masjid ini berhasil memadukan arsitektur kontemporer kearifan lokal secara harmonis.
Lebih dari sekadar tempat ibadah, masjid ini adalah simbol kebanggaan masyarakat, pusat kegiatan sosial, dan ikon toleransi di BSD City. Jika kamu berkunjung ke Tangerang, Masjid Raya Baitul Mukhtar layak menjadi salah satu destinasi utama yang memberikan pengalaman spiritual sekaligus estetika yang mendalam.